Evaluasi Penggunaan Antibiotika Berdasarkan Metode Defined Daily Dose (DDD) pada Pasien Ulkus Diabetikum

Authors

  • Adiyat Edy Wahyudi
  • Jaka Fadraersada
  • Muhammad Amir Masruhim

DOI:

https://doi.org/10.25026/mpc.v8i1.298

Abstract

Dampak penggunaan antibiotika yang tidak rasional pada pasien Ulkus kaki diabetik yaitu meningkatnya kejadian resistensi, kejadian efek samping obat, terjadi kegagalan terapi, penyakit yang dialami pasien bertambah parah sehingga menurunkan kualitas pelayanan kesehatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menghitung nilai DDD untuk mengetahui tingkat rasional penggunaan antibiotika pada pasien ulkus diabetikum yang menerima terapi antibiotika. Penelitian ini menggunakan rancangan observasional retrospektif dan perolehan data secara deskriptif kuantitatif mengunakan perhitungan DDD. Penilaian secara kuantitatif dilakukan dengan metode ATC/DDD dan DU 90%. Hasil evaluasi penggunaan antibiotik pada jumlah keseluruhan nilai DDD/100 patient-days didapatkan nilai tertinggi yaitu Ceftriaxone sebesar 31,88 DDD/100 hari rawat, diikuti dengan metronidazol sebesar 10,87 DDD/100 hari rawat, meropenem sebesar 7,06 DDD/100 hari rawat, Amikacin 1.63 DDD/100 hari rawat dan Sefoperazone sebesar 1,45DDD/100 hari rawat. Dengan 3 jenis antibiotik yang masuk ke dalam segmen DU 90% penggunaan terbanyak yaitu seftriakson 64,59% , metronidazol 17,76%, meropenem 7,28% dan ciprofloxacin 6,01% . Hal ini menunjukkan bahwa kuantitas antibiotik yang digunakan tidak menunjukkan prinsip penggunaan antibiotik yang rasional. 

References

[1] Bergman. (1998). Drug utilization 90% - a simple method assessing the quality of drug prescribing.

[2] Brahma Marak and Wahlang. (2012). Rational Use of Drug and Irrational Drug Combination. The Internet Journal of Pharmacology, 10.

[3] Brunton et all. (2006). Goodman & Gilman?: Manual Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.

[4] Driver, V.,R., Fabbi, M., Lavery, L., A., Gibbons, G. 2010. The costs of diabetic foot: the economic case for the limb salvage team. J Am Podiatr Med Assoc.;100(5):335-41.

[5] Gunawan, Sulistia G., Rianto, S., Nafrialdi, E. (2009). Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

[6] Hardman dan Limbird. (2008). Goodman & Gilman Dasar Farmakologi Terapi Volume 2 (Edisi 10). Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran.

[7] Health Organization. Guidelines for ATC classification and DDD assignment 2016. The effects of brief mindfulness intervention on acute pain experience: An examination of individual difference (Vol. 1).

[8] Huang, E.S., Basu, A., O’Grady, M., Capreta, J.C. 2009. Projecting the Future Diabetes Population Size and Related Costs for the U.S. Diabetes Care, 32:2225-9.

[9] Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2011b). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 2406/MENKES/ PER/XII/2011. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

[10] Kirsner, R.S., Warriner,R., Michela, M., Stasik, L., Freeman, K. 2010. Advanced Biological Therapies for Diabetic Foot Ulcers. Arch Dermatol.;146(8):857-62.

[11] Lobmann, R., Schultz, G., Lehnert, H. 2005. Proteases and Diabetic Foot Syndrome: Mechanisms and Therapeutic Implications. Diabetes care, 28(2):462-71.

[12] Pusat Data dan Informasi Persi. Available from http://www.pdpersi.co.id/conten/m_news. Diakses pada Februari 2018.

[13] Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007. Laporan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan, Republik Indonesia.

[14] Stockley, I.H. (2008). Drug Interactions, 8th edition, University of Nottigham Medical School. Pharmaceutical Press: London, 1031-1034.

[15] Tjay dan Rahardja. (2007). Obat-Obat Penting?: Khasiat, Penggunaan, dan Efek-Efek Sampingnya. Jakarta: Media Komputindo Kelompok Kompas - Gramedia.

[16] Tripathi, K. D. (2009). Essentials of Medical Pharmacology. India: Kash production. 231-246.

[17] Utami, E. R. (2002). antibiotika, resistensi, dan rasionalitas terapi, 124–138.

[18] Van Baal, J.G. 2004. Surgical treatment of the Infected Diabetic Foot. Clinical Infectious Diseases, 39: S 123-8.

[19] Weck, M., Slesaczeck, T., Paetzold, H., Muench, D., Nanning, T., von Gagern, G., Brechow, A., Dietrich, U., Holfert, M., Bornstein,S., Barthel, A.,Thomas, A., Koehler, C., Hanefeld, M. 2013. Structured health care for subjects with diabetic foot ulcers results in a reduction of major amputation rates. Cardiovascular Diabetology 2013, 12:45.

[20] Whittem, T., & Gaon, D. (1998). Principles of Antimicrobial Therapy. Veterinary Clinics of North America: Small Animal Practice, 28(2), 197–213.

Downloads

Published

2018-12-31

How to Cite

Wahyudi, A. E., Fadraersada, J., & Masruhim, M. A. (2018). Evaluasi Penggunaan Antibiotika Berdasarkan Metode Defined Daily Dose (DDD) pada Pasien Ulkus Diabetikum. Proceeding of Mulawarman Pharmaceuticals Conferences, 8(1), 21–29. https://doi.org/10.25026/mpc.v8i1.298

Most read articles by the same author(s)

<< < 1 2 3 4 5 6 7 8 > >>